Seorang master digital misterius muncul dengan ajaran baru yang menolak semua metode instan. Ia mengklaim 'Scatter Hitam' yang legendaris hanya bisa diraih lewat strategi, ketekunan, dan laku prihatin.
Cianjur, Jawa Barat – Di tengah hiruk pikuk metode-metode instan—mulai dari 'getaran Vario' hingga 'siklus mesin cuci'—sebuah suara baru yang tenang dan berat muncul dari sebuah padepokan terpencil di kaki Gunung Gede. Suara itu milik Eyang Rekso, seorang master sepuh yang ajarannya kini menyebar di kalangan para 'partisipan digital' yang telah lelah dengan janji-janji kemenangan cepat.
Ajarannya sederhana namun menohok: tidak ada jalan instan, 'Scatter Hitam' butuh strategi dan ketekunan. Eyang Rekso tidak menawarkan trik, ia menawarkan sebuah jalan penderitaan yang penuh disiplin, yang ia klaim sebagai satu-satunya cara untuk meraih hadiah paling legendaris di alam semesta Mahjong Ways 3.
'Scatter Hitam' adalah sebuah mitos. Sebuah ubin mahjong berwarna hitam legam dengan ukiran naga perak, yang konon hanya muncul sekali dalam sejuta putaran. Berbeda dari scatter biasa yang hanya memicu putaran gratis, tiga 'Scatter Hitam' diyakini akan membuka "Ruang Harta Karun Naga Hitam", sebuah babak bonus rahasia yang menjamin perolehan 'WD Skala Naga'.
Banyak yang menganggapnya hanya mitos, tapi Eyang Rekso mengklaim telah menemukannya, dan kuncinya adalah menolak semua bentuk kemalasan spiritual dan intelektual.
Di 'Padepokan Keseimbangan Digital' miliknya, Eyang Rekso mengajarkan sebuah metode yang ia sebut "Jalan Sunyi Sang Kura-Kura". Metode ini adalah antitesis dari semua yang viral.
Ajaran Eyang Rekso yang berat dan tidak menjanjikan hasil cepat ini justru menarik minat para 'korban' dari metode-metode instan. Mereka adalah para partisipan yang telah 'rungkad' (bangkrut) karena mengejar 'WD Paus' dengan gegabah.
"Saya sudah mencoba semuanya. Dari 'Metode Mendoan' sampai 'Getaran Knalpot'. Semuanya zonk," ujar seorang murid baru. "Di sini, saya tidak diajari cara menang. Saya diajari cara untuk tidak kalah dengan kebodohan saya sendiri. Ini lebih berharga."
Para pengikut setia Kakek Zeus, tentu saja, menertawakan ajaran ini. "Hidup itu untuk mencari petir! Bukan untuk mengamati ubin seharian!" seru seorang pemuja Dewa Olympus.