Jakarta, Indonesia — Ketika stres kerja menumpuk dan tekanan deadline menghantui, banyak karyawan kini beralih ke hiburan singkat yang bisa dilakukan tanpa meninggalkan meja kerja. Salah satu yang paling mengejutkan? Mahjong digital.
Permainan strategi klasik ini ternyata sedang naik daun sebagai bentuk rekreasi baru di kalangan profesional muda. Tapi apakah ini sekadar hiburan biasa, atau ada risiko terselubung di balik tren ini?
Dengan budaya kerja yang semakin fleksibel dan dinamis, batas antara tempat kerja dan ruang pribadi kian kabur. Banyak perusahaan mulai membuka ruang untuk aktivitas rehat aktif, termasuk bermain game digital seperti mahjong.
“Kami tidak melarang karyawan main game di jam istirahat. Justru kami percaya, kalau mereka happy, kerja jadi lebih optimal,” kata Lilis, HR Manager di sebuah perusahaan teknologi di Bandung.
Mahjong bukan sekadar game. Ia menuntut logika, fokus, dan ketenangan. Bagi sebagian karyawan, ini adalah semacam latihan otak yang menyenangkan. Dalam waktu singkat, mahjong bisa memberi sensasi "restart" yang dibutuhkan setelah sesi kerja panjang atau rapat yang melelahkan.
Sebuah survei internal dari startup di Jakarta menunjukkan bahwa 62% responden merasa lebih tenang dan segar kembali setelah memainkan mahjong 10-15 menit selama jam istirahat.
Namun, tren ini tidak bebas risiko. Beberapa manajemen mulai mengamati adanya potensi penurunan fokus ketika mahjong dimainkan terlalu sering atau mulai menyelinap ke luar jam istirahat.
Dalam lingkungan kerja yang kompetitif, kebiasaan bermain—meski tampak ringan—dapat menimbulkan persepsi negatif dari rekan kerja atau atasan, terutama jika tidak dikendalikan dengan bijak.
“Yang jadi masalah bukan permainannya, tapi kalau sudah mulai mengganggu ritme kerja atau jadi alasan untuk menunda-nunda tugas,” ujar Rendy, supervisor operasional di sebuah perusahaan retail nasional.
Psikolog kerja menyarankan bahwa hiburan di kantor boleh saja, asal dilakukan secara sadar dan proporsional. Mahjong bisa menjadi cara efektif untuk melepas penat, asal tidak menjadi pelarian berlebihan dari tekanan kerja.
Beberapa perusahaan bahkan mulai mengintegrasikan game ringan seperti mahjong ke dalam program kesejahteraan karyawan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan pola pikir dalam manajemen modern: kerja keras perlu disandingkan dengan waktu rehat yang bermakna.
Jika dilihat dari tren saat ini, mahjong tampaknya bukan sekadar game sementara. Ia mulai menjadi bagian dari budaya kerja hybrid yang mengedepankan keseimbangan mental dan performa. Namun, tetap perlu regulasi dan kesepahaman di lingkungan kerja agar manfaatnya tidak berubah menjadi gangguan.
Mahjong kini menjadi simbol dari cara baru karyawan Indonesia menyikapi stres dan tekanan di tempat kerja. Antara rekreasi dan risiko, semua tergantung pada bagaimana kita menempatkan batas dan memahami tujuannya.
Apakah mahjong akan terus jadi bagian dari budaya kerja masa depan? Hanya waktu dan kebijakan kantor yang bisa menjawabnya.