Sebuah kisah dari pos ronda, di mana Wawan, seorang pemuda yang mati kebosanan, secara tidak sengaja menemukan 'Metode Jentikan Jenuh' dan mengubah malam yang membosankan menjadi kemenangan 13 juta.
Depok, Jawa Barat – Di dunia di mana para 'pemain' berusaha keras mencari pencerahan lewat ritual rumit—dari mendengarkan kuah bakso hingga menyelaraskan diri dengan cakra pulau Bali—sebuah kebenaran baru yang mengejutkan datang dari tempat paling membosankan di muka bumi: sebuah pos ronda di Depok pada pukul 3 dini hari.
Inilah kisah keberuntungan Wawan (24), seorang pemuda karang taruna, yang perjalanannya dari bosan jadi menang 13 juta di Mahjong Ways telah melahirkan sebuah 'aliran' baru yang paling absurd: "Aliran Kejenuhan".
Malam itu adalah malam yang sangat biasa. Tugas jaga ronda Wawan hanya ditemani oleh suara jangkrik, nyamuk, dan bunyi kresek dari radio HT yang jarang berbunyi. Setelah menghabiskan kopi ketiga dan membaca semua status di media sosial, ia mencapai titik puncak kebosanan—sebuah kondisi mental di mana pikiran menjadi kosong dan semua harapan sirna.
Untuk melawan kantuk, ia membuka Mahjong Ways. Tapi ia tidak bermain dengan semangat. Ia bermain dengan kondisi pasrah, jenuh, dan tanpa ekspektasi apa pun. Di sinilah keajaiban terjadi.
Wawan tanpa sadar telah menciptakan sebuah 'anti-metode' yang kini dikenal sebagai "Metode Jentikan Jenuh".
"Saya bahkan tidak sadar pas dapat 'scatter'-nya. Tahu-tahu sudah babak bonus saja," kenang Wawan. "Mungkin karena saya tidak berharap, jadi algoritmanya kasihan."
Kisah Wawan menyebar cepat. Pos ronda di lingkungannya kini menjadi tempat ziarah. Para pemuda yang biasanya malas kini berebut jadwal jaga malam. Mereka tidak datang untuk menjaga keamanan, melainkan untuk 'mencari kejenuhan' yang sama seperti yang dialami Wawan.
Pos ronda itu kini dianggap sebagai 'padepokan' baru bagi 'Aliran Kejenuhan'. Para muridnya duduk berjam-jam dalam diam, menatap kosong, hanya sesekali 'menjentikkan' ponsel mereka, berharap 'diberkati' oleh dewi kebosanan.
Metode ini adalah sebuah anomali. Ia menantang 'Aliran Ketekunan' dari Eyang Rekso, 'Aliran Intelektual' dari mahasiswi skripsi, dan semua aliran lain yang membutuhkan usaha. Metode Wawan hanya butuh satu hal: menyerah pada rasa bosan.